Senin, 18 Juni 2012

CERPEN - Cewek Beruntung


CEWEK BERUNTUNG

Dasar gila!” maki Diza sambil melempar tasnya ke atas meja kantin. Sontak saja semua siswa melihat ke arahnya.
Aduh. Lo kenapa sih, Za? Pagi-pagi udah error kayak gini. Kena marah Pak Suki lagi?” tanya Lala setelah kagetnya reda. Ia hampir tersedak jus tomat yang baru dibelinya saat Diza tiba-tiba melempar tas ke atas mejanya.
Bukan… Ini lebih parah dari Pak Suki,” ujar Diza, mengambil duduk di depan Lala.
Hah? Masak ada orang yang lebih parah dari guru killer itu? Siapa sih ?”
Nggak tau,” jawab Diza datar. Ia merebut jus tomat yang hampir diminum Lala.
Gimana sih! Kesel kok nggak tau orangnya.”
Ih, biarin aja. Males banget gue kenalan!” ujar Diza sewot. “Eh, PRnya Pak Suki udah lo kerjain?”
Udah dong,” jawab Lala bangga. Direbutnya jus tomat yang tak sempat terminum tadi.
Huu… sombong banget lo,” Diza mencubit lengan Lala. “Tapi biarin deh, yang penting gue bisa nyontek,” Diza terkekeh. Ia merebut jus tomat dari tangan Lala.
Dasar! Nggak pernah berubah lo, ya.”
Power Ranger kale berubah,” canda Diza. Membuat mereka berdua tertawa lepas, yang kembali ditatap syirik oleh penghuni kantin lainnya.
Udah, ah. Gue mau nyontek matematika dulu.” Diza berdiri dari kursinya.
Ambil aja sendiri di tas gue,” ujar Lala sambil hendak meminum jusnya, tapi… “Aah… Diza… Jus tomat gue…!” teriak Lala sia-sia. Diza sudah tancap gas sambil tertawa kemenangan.
  
Kelas Diza sedang heboh dengan gosip-gosip. Bukan gosip para artis atau teman mereka, tapi tentang murid baru yang akan ditempatkan di kelas mereka. Semua murid sibuk menggosip, padahal bel masuk baru saja berbunyi.
Pagi, anak-anak.” Suara Pak Suki menggema, seketika membuat mulut anak didiknya terkunci rapat. Di belakangnya, seorang cowok mengekor sambil berjalan dengan mantap dan memberikan senyum yang dijamin memikat hati semua cewek di kelas itu, kecuali Diza.
La, itu La. Itu…” Diza terbata-bata, menunjuk cowok yang berdiri bersama Pak Suki.
Itu anak baru, Za,” Lala menimpali datar.
Yee… gue juga udah tau kalo itu!” ujar Diza sambil menjitak kepala Lala.
Aduh!” Lala kesakitan. Semua murid menoleh ke arah Diza dan Lala, termasuk dua manusia di depan kelas.
Diza!” bentak Pak Suki lantang. “Kalau kamu mau bicara, bicara di depan!”
Eh, nggak Pak. Maaf,” Diza berkata sambil menunduk menahan malu.
Apa ada lagi yang mau bicara?” tanya Pak Suki dengan nada tak ramah. Tak ada jawaban, sunyi senyap. “Kalau begitu, saya harap semua memperhatikan!”
Iya, Pak!” jawab anak-anak serempak.
Hari ini kita kedatangan murid baru,” Pak Suki memulai pembicaraan. “Silahkan perkenalkan diri.”
Terima kasih, Pak,” ujarnya pada Pak Suki, lalu menatap ke yang lainnya. “Pagi semua. Kenalin, aku Micky Reyhan Dirsanto. Biasa dipanggil Micky. Aku pindah ke sini ikut sama papa yang pindah dinas. Ini adalah sekolahku yang ketiga selama satu tahun terakhir, dan semoga saja aku tetep bisa bersekolah di sini sampai kita lulus nanti,” ujarnya panjang lebar dan bla bla bla…
Seluruh kelas mendengarkan dengan seksama, kecuali Diza. Ia hanya pasang muka jutek, dan menatap sinis cowok yang lagi promosiin dirinya sendiri. Ih, sok cool banget sih, lo. Nggak banget tau!. Udah mau bikin gue celaka, sok keren lagi! Diza membatin berapi-api.
Ada yang mau bertanya?” Pak Suki membuka sesi pertanyaan. Langsung saja murid cewek mengangkat tangan, kecuali Diza tentunya.
Udah punya cewek belum?” tanya Reina, cewek sok cantik di kelas, tanpa ragu-ragu.
Belum,” Micky langsung menjawab. Mendengar jawaban itu, kelas jadi riuh. Wajah cewek-cewek di kelas berbinar penuh harapan, berharap merekalah yang menjadi cewek beruntung untuk menjadi kekasih Micky.
Begitulah seterusnya. Banyak murid perempuan bahkan hanya kaum hawa saja yang bertanya. Mulai dari hobi, alamat, hingga nomor telepon yang senantiasa dijawab Micky dengan senang. Tapi Diza sama sekali tak menghiraukan.
La,” bisik Diza. Ia tak mau kena marah Pak Suki lagi.
Apa sih! Gue mau tanya nih.” Lala mengangkat tangannya.
Ih, dengerin gue dulu!” ujar Diza sambil menarik tangan Lala turun, “Dia cowok yang gue ceritain di kantin tadi. Itu anak mau nabrak gue di jalan!”
Hah!” teriak Lala lantang, membuat seisi kelas kembali terdiam.
Diza! Kamu dari tadi bicara terus!” Pak Suki marah-marah. “Sebagai hukumannya, kamu harus mengajak Micky berkeliling sekolah. Biar dia betah di sini!”
Tapi, Pak…”
Tidak ada tapi! Nanti pulang sekolah, kamu mulai bertugas!” perintah Pak Suki sinis. Ditatapnya murid cuek ini tajam, yang ditatap hanya meundukkan kepala, menahan jengkel pada orang yang menatapnya.
  
Hari ini hari yang menyebalkan bagi Diza. Pagi-pagi udah mau ditabrak mobil, dihukum Pak Suki lagi. Hanya gara-gara cowok sok keren di kelasnya. Pelajaran dari awal hingga akhir nggak ada satu pun yang masuk ke otaknya. Ngedengerin aja nggak.
Kamu nggak nganterin aku keliling sekolah?” tanya Micky memberanikan diri. Saat itu kelas sudah sepi, jam pulang selesai beberapa menit lalu.
Ngapain? Kurang kerjaan banget gue!” ujar Diza cuek.
Tapi kamu kan udah janji sama Pak Suki.”
Eh, denger ya! Gue nggak pernah setuju sama tugas yang dikasih sama Pak Suki. Kalo lo mau keliling, keliling aja sendiri. Atau ajak temen yang lain, selain gue. Toh mereka juga nggak bakal keberatan!” ujar Diza sewot sambil menatap Micky tajam.
Tapi aku maunya sama kamu!”
Gue nggak mau sama lo. Males gue, jalan sama cowok yang nggak becus nyetir mobil!” Diza ketus.
Maksud kamu?” tanya Micky tak mengerti.
Nggak usah berlagak nggak tau deh! Gue tuh cewek yang hampir lo tabrak tadi pagi!” bentak Diza marah.
Oh, jadi itu kamu. Maaf deh kalo gitu. Hehehe…” Micky nyengir kuda. Tangannya membentuk angka dua. “Peace!”
Maaf, maaf! Tanggung jawab, dong!”
Lho, tapi kamu kan nggak apa-apa.”
Tapi gue hampir celaka tau! Makanya pake mata dong!”
Eh, kok jadi nyalahin aku? Justru kamu yang jalan nggak liat-liat.”
Ih, lo tuh, ya. Nyebelin banget jadi anak!” ujar Diza ketus. “Minggir! Gue mau pulang. Males gue lama-lama ngomong sama lo!” Diza beranjak dari kursinya. Berjalan melewati Micky tanpa menoleh sedikitpun.
Tunggu!” cegah Micky. Tangannya menarik tangan Diza mendekat. “Aku mau kamu maafin aku!”
Mata Micky menatap tajam Diza, menandakan sebuah kesungguhan. Tatapan yang belum pernah dilihat Diza sebelumnya. Tatapan yang membuat hatinya, tak karuan.
Ih, apaah sih, lo! Lepasin! Sakit tau!” Diza merintih kesakitan.
Nggak akan kulepasin sebelum kamu maafin aku.”
Sekarang Diza yang menatap Micky tajam. Kalo dilihat dengan mata super, bakal kelihatan api membara di mata Diza. Marah, jengkel, akan sesosok mahluk di depannya. “Lepasin!”
Nggak!” Micky teguh dengan pendiriannya.
Tiba-tiba suasana menjadi menegangkan. Seolah-olah, keluar sinar laser dari kedua mata mereka, beradu tajam. Suasana yang hanya ada mereka berdua di dalam kelas, berhadapan dengan jarak yang cukup dekat, sambil Micky yang tetap memegang tangan Diza.
Hhh… Sepertinya harus gue maafin, nih. Nggak bakal bisa pulang kalo gini ceritanya. Diza membatin kesal.
  
Beberapa minggu kemudian Micky dan Diza terlihat dekat. Di kelas, kantin atau perpustakaan selalu berdua. Seluruh penghuni kelas terheran-heran melihatnya. Masalahnya, saat pertama bertemu, Micky dan Diza tak pernah akur. Mereka saling mengejek. Sedangkan sekarang seperti kekasih.
Lo jadian ya sama Micky?” tanya Lala penasaran. Sebenarnya dia nggak mau ikut campur urusan Diza, tapi dia mengemban amanat dari siswa dikelasnya, menanyakan hubungan antara Diza dan Micky.
Gue jadian sama Micky? Nggak tuh. Lagian kita cuma temenan doang,” ujar Diza tersenyum, tanpa menatap Lala.
Kok kalian deket banget? Padahal dulu kan nggak pernah akur.”
Diza tertawa, menatap polos mata sahabatnya. “Lala, Micky tuh ternyata temen SMP gue, tapi cuma sampai kelas dua aja, soalnya dia pindah sekolah ikut bokapnya. Kalo sekarang sih, kita cuma jadi temen curhat. Lagipula, dia sering cerita kalo dia lagi suka sama cewek di kelas kita,” jelas Diza panjang lebar.
Siapa?”
Diza mengangkat bahu. Lala mengerutkan keningnya, tampaknya sedang berpikir. Menerka-nerka cewek beruntung di kelasnya yang disukai Micky.
Sementara Lala berpikir, Diza malah melamun. Mengingat pertemuannya dengan Micky yang ngeselin abis. Lucu juga kalo dipikir-pikir. Sejak kejadian ‘berdua’ di kelas, ia semakin akrab dengan Micky. Mereka jadi sering bersama, ngobrol, bahkan jalan bareng. Diza baru sadar, dibalik sifat nyebelin Micky, ternyata begitu menyenangkan, baik dan begitu perhatian. Membuat hari-hari Diza begitu penuh warna dan senyuman.
Hayo… ngapain senyum-senyum? Mikirin aku ya?” suara Micky membuyarkan lamunan Diza. Entah dari mana datangnya, tiba-tiba saja ia muncul di hadapan Diza.
Ih… GR banget sih, lo!” ujar Diza sewot. Lamunan indahnya jadi bersambung.
Hahaha…sekali-kali nggak apa-apa dong. Lagian kamu emang mikirin aku, kan?” ujar Micky bangga diikuti dengan cibiran Diza, membuat Micky semakin tertawa.
Eh, La. Nanti pulang sekolah ada acara nggak?” tanya Micky setelah tawanya reda.
Lala menggeleng.
Nanti pulang sekolah temenin aku, yuk,” ajak Micky. “Jangan ajak siapa-siapa tapi.”
Kemana?”
Ada deh. Kamu ikut aja pokoknya. Ingat, hanya kita berdua, oke?” Micky mengedipkan sebelah matanya. Tanpa menunggu jawaban, Micky berlalu meninggalkan mereka berdua. Tawa misteri menyeringai dari mulutnya.
  
Gosip itu seperti angin yang nggak tentu arahnya. Habis ke utara bisa langsung balik ke selatan. Itu yang sedang dialami Micky. Setelah digosipkan jadian sama Diza, sekarang gosip itu berbalik ke Lala. Seluruh penghuni kelas kembali heran. Apalagi Diza, lebih heran lagi.
Lo jadian ya sama Micky?” tanya Diza saat jam pelajaran berakhir.
Nggak, tuh. Gue sama Micky cuma temenan doang,” ujar Lala santai.
Tapi kalian kok sering jalan?”
Iseng aja. Kenapa? Lo cemburu ya?” goda Lala.
Wajah Diza memerah, tapi dia terlalu gengsi untuk mengakuinya. “Ih. Apaan sih, lo. Basi banget.” Diza mencubit lengan Lala.
Aduh!” Lala kesakitan.
Mereka pun tertawa bersama-sama. Tapi bagi Diza, tawanya tak selepas biasanya. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.
La, cabut yuk!” ajakan Micky menghentikan tawa Diza.
Oh, iya. Za, gue cabut dulu ya,” Lala pamit. Mereka berdua pun pergi meninggalkan Diza sendirian di kelas.
Diza menatap sakit kepergian mereka. Apalagi Micky yang tak pamit padanya. Gue emang cemburu, La. Gue sayang sama dia. Ternyata, cewek yang dia suka di kelas itu lo. Beruntung banget lo, La. Bisa dapet cowok pengertian kayak Micky. Diza membatin sedih. Ia menggigit bibir. Air matanya perlahan menetes, membasahi pipi lembutnya.
  
Semakin berjalannya waktu, hubungan Micky dan Lala semakin mesra. Tapi semakin bertambah pula sakit yang dirasakan Diza. Teman sekelas mereka pun nggak tau harus berbuat apa lagi. Setiap mereka bertanya pada Lala tentang kedekatannya dengan Micky, selalu dijawab ”Gue cuma temenan, kok”. Begitu juga dengan Diza saat ditanya kenapa dia sering diam, selalu dijawabnya, ”Gue nggak apa-apa”. Teman-temannya pun nyerah, biar waktu saja yang menjawab pertanyaan mereka.
Za, ntar lo pulang sekolah ada acara?” tanya Lala saat mereka di kantin.
Nggak,” Diza menjawab datar.
Lo kenapa sih? Jutek banget. Daripada lo nggak jelas kayak gini, ikut gue yuk. Kita makan di food court. Tenang, gue yang traktir.”
Terserah,”
Kalo gitu, ntar gue tunggu di gerbang. Oke?”
Diza mengangguk tak bersemangat. Pikirannya melayang kemana-mana. Akhir-akhir ini pikirannya sedang kacau. Bayangan Micky selalu memenuhi pikirannya, hanya menambah luka.
  
Aku sayang banget sama kamu. Dari pertama kita ketemu dulu, aku udah suka sama kamu. Jadi sekarang…” Micky tak meneruskan kata-katanya. Membuat cewek di depannya semakin deg-degan. “Jadi sekarang… Kamu mau nggak jadi pacarku?”
Si cewek diam membisu, nggak tau harus menjawab apa. Apalagi saat Micky menggenggam kedua tangannya, perasaannya semakin kacau. Ia sangat menyayangi cowok di depannya, begitu juga sahabatnya.
Terima aja deh, Za. Lo kan juga suka sama dia.” Lala ikut-ikutan. Membuat cewek yang ditembak Micky, salah tingkah.
Tapi bukannya kalian pacaran?” Diza berkata pelan.
Diza. Jelas-jelas Micky nembak lo, bukan gue. Jadi mana mungkin kita jadian. Lagipula, kita sering jalan tuh soalnya Micky konsultasi ke gue tentang lo,” Lala menjelaskan panjang lebar.
Diza tetap nggak menjawab apa-apa. Micky memberi isyarat pada Lala agar memberi mereka waktu untuk berduaan.
Terserah, deh. Gue mau shopping aja. Met berduaan.”
Setelah Lala pergi, mereka malah sibuk dengan pikiran masing-masing. Diza sedang berkelut dengan pikirannya, haruskah ia menerima Micky. Sedangkan Micky berharap diterima oleh cewek yang disukainya sejak SMP itu, sambil tetap menggenggam tangan calon pacarnya.
Gimana? Kamu mau kan?” tanya Micky sekali lagi, setelah berdiam cukup lama.
Sebenarnya…” Diza buka suara. “Gue…” Diza tak meneruskan kalimatnya. Membuat Micky sekarang deg-degan.
Apa, Za? Kamu nggak mau, ya?” ujar Micky lemas.
Sebenarnya gue… juga sayang banget sama lo.”
Mendengar itu, Micky langsung menatap mata Diza. Memastikan adakah kebohongan dari jawabannya. Tapi sinar matanya begitu tulus, membuat Micky sadar, betapa ia begitu menyayangi cewek yang telah resmi menjadi pacarnya itu.
Makasih, Za. Aku sayang kamu…” ujar Micky lembut. Tatapan matanya begitu teduh, membuat siapapun yang menatapnya juga ikut merasakan, cinta.
Love you too…” ujar Diza riang. Senyumnya mengembang. Hilang sudah semua luka dihatinya. Tergantikan dengan cinta dari seseorang yang sangat disayanginya, yang juga sangat menyayanginya.
Pulang, yuk!” ajak Micky.
Diza mengagguk. Mereka beranjak meninggalkan food court, berjalan bergandengan tangan menuju tempat parkir.
Saat dimobil, Diza tak henti-hentinya tersenyum riang. Mengingat betapa lucunya kejadian-kejadian lalu. Bertengkar dengan Micky, jelous dengan Lala, hingga merasakan manisnya cinta. Hahaha… Lucu juga. Ternyata, cewek beruntung yang jadi pacarnya Micky itu gue. Seneng banget rasanya. Kayaknya, gue harus berterima kasih banget nih sama Lala. Diza membatin senang. Hingga ia menyadari sesuatu yang terlupakan…
Astaga, Micky. Lala mana? Dia kan masih di mall tadi!”
  



DESY DIASTUTIK
SMA NEGERI 1 PANDAAN
Jl. SIDOMUKTI No. 28 RT. 03 RW 05 PANDAAN, PASURUAN, 67156
0343 634720 - 081357832542

Tidak ada komentar:

Posting Komentar